foto tempat semedi dilereng semeru ketinggian 2800m |
foto ini jangan dibajak... tempat semedi dilereng semeru ketinggian 2800m....
PURA MOJOPAHIT/CANDI JAJAWAR AMPELGADING-MALANG
SEMERU SELATAN
ADALAH PESRAMAN SANG HYANG AJI PASUPATI
Kita sebagai Rakyat Indonesia, saat ini tidak menduga asal-usul terjadinya Negeri kita ini. bahwa cikal bakal terjadinya bangsa kita, berawal dari Payogan Pandita Sehsubakir (Ida Hyang Aji Pasupati) yang berasal dari India. serta penemuannya kembali berawal dari pengalaman seorang Pandita yang bernama Ida Pandita Empu Nabe Dwi Prama Dharma yang berasal dari Geria Giri Merta Banjar Kutabayem, dusun Tengah Desa Manggis Kabupaten Amblapura Bali.
Ida Pandita Empu Nabe Dwi Prama Dharma diawali dari sakit yang tak tertahankan, sehingga Beliau melakukan Semedi dan dalam semedi Beliau di datangi oleh Sang Hyang Aji Pasupati yang memerintahkan Beliau untuk memuja dengan menggunakan Siwa Krana. Saat itu Sang Hyang Aji Pasupati juga menunjukan gambar-gambar berupa supit urang, gambar Gunung, gambar daerah Pertanian, Gambar pundopo dan gambar-gambar tempat Pemujaan.
Untuk meyakinkan wahyu yang Beliau terima melalui Semedi, Beliau melakukan Semedi berulang kali. Dalam semedi itu secara berturut-turut beliau didatangi oleh seorang wanita cantik, yang mengaku bernama Hyang Sekar Taji, yang memerintahkan Ida Pandita untuk menghadap Bre Kahuripan (Kedung Maling) di Majapahit (Trowulan). Kemudian menyusul kedatangan Hyang Agnijaya yang berstana di Gunung Lempuyang Luhur yang menugasakan Ida Pandita agar matur piuning (menyampaikan) kehadapan Beliau sekaligus menyembah Tri Sadaka di Gunung Lempuyang Luhur.
PURANA DEWA TATWA
Yang mendukung wahyu-wahyu Beliau tentang Pura
Mojopahit/candi Jajawar Berdasarkan bukti yang ada yaitu dari Purana Dewa
Tatwa, Bhatara Pasupati (Pandita Sehsubakir) berasal dari Jambu Dwipa
Gangga Sindu Saraswati Hindu di India, di utus oleh Bhatara Abra
Sinuhun datang ke tanah Panjang Jawa sampai sekarang untuk beryoga
di Gunung semeru Jawa Timur. Begitu titah Bhatara Abra Sinuhun kepada
Bhatara Pasupati. Yang mengajak pengikut 7 keti, beserta calon Raja. Ida Hyang
Pasupati Bhatara dan pengikutnya mohon pamit dari India dan segera
berjalan menuju tepi pantai, tidak di ceritakan dalam perjalanan sampailah Beliau
di tepi pantai. Selama perjalanan menjumpai air yang sangat besar bernama kali
dan bebatuannya bersinar bernama Intan, oleh Bhatara kali itu di berinama Kali
Intan. Lama kelamaan di hingga menjadi Kalimantan.
Ida Bhatara Hyang Aji Pasupati beryoga di sungai itu, ngastawa
tirta suci yang bernama Tirta Amerta Sanjiwani,Pelukatan dan Prasista
untuk menyucikan sungai itu oleh Bhatara setempat tempat Beliau beryoga diberi
nama Kutai.
Setelah melanjutkan perjalanan lama-lama di Tanah Panjang
Giri Semeru, disinilah beliau dan pengikutnya menetap terus membangun Meru
Tumpang 11 (sebelas) dan Pelinggih Surya. Beliau Beryoga memuja Bhatara Surya,
saat beryoga terjadilah hujan,angin,banjir,gelap dan petir berturut-turut serta
pelangi. Turunlah Sang Hyang Bhaskara Dipati, lahirlah 7 (tujuh) Putra-Putri
Beliau. Masing-masing bernama:
- Bhatara Hyang Agnijaya, yang kemudian berparhyangan di Gunung Lempuyang Luhur.
- Bhatara Hyang Putranjaya, yang kemudian berparhyangan di Gunung Agung
- Bhatara Dewi Danuh, yang kemudian berparhyangan di Ulun Danu Batur
- Bhatara Hyang Tugu, yang kemudian berparhyangan diGunung Andakasa
- Bhatara Hyang Manik Galang, yang kemudian berparhyangan di Pejeng
- Bhatara Hyang Manik Gumawang, yang kemudian berparhyangan di Gunung Beratan
- Bhatara Hyang Tumuwuh, yang kemudian berparhyangan di Gunung Batukaru
Bhatara Hyang Agnijaya
menurunkan Bhatara Empu Widtadharma, bergelar Sri Mahadewa
Mpu Dwijendra
menurunkan 3 (tiga) putra yaitu: Gagak Aking, Bubuksah, Brahmawisesa. Mpu,
Brahmawisesa menurunkan Mpu Gandring dan Empu Saguna. Mpu Saguna menurunkan
Kepandaean dan warga Pande.Mpu Bajrasatwa menurunkan Mpu Tunuhun (Mpu
Lampita)Mpu Tunuhan menurunkan Panca Pandita yaitu: Mpu Gnijaya, Mpu Semeru,
Mpu Gana, Mpu Kuturunan (yang membawa lontar-lontar ke Bali) dan Mpu
Baradah. Mpu Baradah menurunkan Mpu Siwagandu, Dyah Widawati dan Mpu Bahula.
Mpu Gnijaya menurunkan Sapta Rsi...
Dalam kesempatan ini kita sebagai Rakyat,
warih atau keturunan Beliau yang berstana di Pasraman Candi Jajawar, Giri
Semeru Selatan. Sangat wajib melanjutkan serta membenahi kembali yasadan
bakti kita, yang telah lama kita lupakan bersama kepada Beliau. Memang
pada dasar atau sepatutnya kewajiban ini, di Emban/menjadi Tanggungjawab Bangsa
Indonesia. Oleh karena dalam menjalankan wahyu yang di terima oleh Ida
Pandita Empu, Kita sebagai Umat Hindu/Rakyat Indonesia yang paling dekat
tatacara menjalankan Agama kehadapan Beliau. Serta kita Hindu dari Bali dapat
Anugrah dari Beliau sebagai mengawalinya. Kita merasakan bersyukur juga dengan
wahyu-wahyu yang telah di terima oleh Ida Pandita Empu Nabe Dwi Prama Dharma.
Sehingga keyakinan kita bersama untuk menjalankan Dharma Agama sudah bulat,
wahyu yang diterima Ida Pandita ring Gria Manggis dengan lontar-lontar yang ada
diTrowulan-Majapahit, Pura Besakih, Purana Dewa Tatwa serta
dalam “Weda-weda” (dalam Mantra/ Maweda) yang sering di uncarkan
dalam pemujaan Upacara Oleh Ida Pandita, Pemangku di Bali selalu menyebutkan
tentang Keberadaan Linggih Ida Hyang Aji Pasupati dan Benar adanya.